Politik dan pandemi Covid-19 membuat Joko Suroso harus banting setir dari dunia pengacara ke bisnis kuliner dengan membuka kedai bakso dan sate. Bergelar master bisnis dan doktor ilmu hukum tapi berdagang bakso dan sate? Ya, kenapa tidak. Sepanjang profesi itu halal, menguntungkan, dan lebih memberi kenyaman.
Adalah
Joko Suroso yang sejak Juni 2020 lalu banting setir dari dunia pengacara ke
bisnis kuliner. Tepatnya membuka kedai bakso Malang H. Darmo
dan Sate Pak Kromo di Bandung.
Sebagai master dan doktor ilmu hukum dari Universitas
Padjadjaran, Bandung, empat tahun lalu bersama dua koleganya dia mendirikan
kantor pengacara: RSA (Rakhmat Suroso Adhinugraha). Kantornya di kawasan segi
tiga emas, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan.
Karena
rata-rata kliennya para pebisnis mancanegara, seperti dari Jepang dan Belanda
tentu pundi-pundinya cepat menumpuk. Merasa punya modal memadai, dia tergoda
terjun ke politik. Pada 2019 dia tercatat sebagai calon anggota legislatif
sebuah partai nasionalis. Tak cuma menguras waktu dan tenaga, tabungannya pun
menyusut dalam sekejap.
Kondisi itu diperparah dengan pandemi Covid-19. Semula, lelaki
kelahiran Bandung, 25 April 1968 itu mengira dalam tempo tiga bulan pandemi
akan teratasi. Seperti kebanyakan orang, perkiraannya meleset. Master bisnis
dari ITB, 2008 ini segera insyaf. Sejak Juni 2020 dia memberanikan diri
menjajal kemampuannya sesuai ijazahnya tersebut.
"Suatu
hari selesai bermain golf saya dan teman-teman makan sate di sebuah kedai. Kok
enak sekali, beda dengan yang lain," tutur Joko saat ditemui detikcom di
kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (26/2/2021).
Dari
situlah dia mulai terpikir untuk membuka kedai sate. Joko mulai mencari info
dan tenaga yang ahli di bidang persatean. Merasa mantap, dia pun mulai membuka kedai
sate Pak Kromo di Jalan Citarum No 30, Bandung. Nama
sate Pak Kromo diambil dari nama almarhum kakeknya.
Untuk bakso malang H Darmo tak lepas dari kecerdikannya
mengambil peluang. Hal itu bermula ketika kedai bakso malang yang sudah punya
banyak pelanggan, tak jauh dari kedai satenya, entah kenapa berpindah lokasi.
Untuk menampung pelanggan yang kehilangan, Joko pun kemudian melengkapi
kedainya dengan bakso malang.
Tak
cuma itu. Dia melengkapinya dengan inovasi sesuai trend. Selain bakso malang
standar, ada jamur, mozarella, rusuk, dan bakso lobster. Joko tidak main-main
dalam menjaga kualitas menu yang dijualnya.
Untuk
sate dia memilih daging kambing muda, dan bakso dari daging sapi segar.
Semuanya bukan daging beku. Khusus lobster diambil langsung dari para nelayan
di Pangandaran.
Tak heran bila harganya tak sembarang pengunjung bisa menikmatinya.
Di buku menu tertulis, seporsi bakso lobster Rp 120 ribu untuk ukuran kecil,
dan Rp 160 ribu untuk ukuran besar. Joko tetap optimistis akan ada pengunjung
yang berani menikmati produknya dengan harga tersebut.
"Pelanggan
yang tahu kualitas terbaik tentu tak akan kapok menikmati bakso lobster H
Darmo," ujarnya percaya diri.
Hal
itu antara lain dia buktikan dengan makin bertambahnya gerai
bakso Malang H
darmo dan Sate Pak Kromo. Total dia punya 12 kedai di sekitar Kota Bandung,
Bandung Barat, Kabupaten Bandung, dan Sumedang.
Di kawasan Tebet, tepatnya Jalan Asem Baris Raya No 1, merupakan
kedai ke-13, yang dibuka bekerja sama dengan koleganya. "Insya Allah,
April nanti saya juga buka di Mall Kelapa Gading," ujarnya.
Meski
sudah beralih profesi ke dunia kuliner, penampilan Joko tetap perlente. Rambut
klimis, kulit wajah glowing, iPhone seri terbaru, dan masih mengendarai BMW X5.
Sesekali dia juga masih bermain golf dan bersepeda. "Itu bagian dari upaya
menjaga keseimbangan dan relasi saja," ujarnya tersenyum.
SUMBER https://food.detik.com/berita-boga/d-5474854/joko-suroso-dulu-pengacara-perlente-kini-jualan-bakso-dan-sate
Komentar
Posting Komentar